Untuk bergerak menuju pemberitaan yang lebih adil gender, partisipatif, dan memberikan ruang bagi kepemimpinan perempuan, diperlukan reorientasi mendasar. Pertama, prinsip "Substansi di Atas Identitas" harus menjadi pedoman utama. Setiap pemberitaan tentang kinerja legislatif dan pengawasanseperti desakan percepatan rehabilitasi sekolah atau pengawasan anggaran pendidikan harus menempatkan analisis kebijakan sebagai inti.
Kedua, media perlu beralih dari framing klise ke "Framing yang Memberdayakan", seperti "Kepemimpinan Jaringan" yang menunjukkan bagaimana pengalaman di KPPG dan Al-Hidayah memperkaya kerja politiknya, atau "Kepemimpinan Teknokrat" yang menyoroti kedalaman analisis kebijakannya.
Ketiga, Kontekstualisasi Sistemik sangat krusial. Daripada hanya melaporkan keberhasilan individu, jurnalisme yang baik harus menghubungkannya dengan struktur yang lebih luas. Misalnya, ketika meliput Hetifah sebagai satu-satunya perempuan di suatu forum, media patut mengangkat pertanyaan kritis: Mengapa hanya ada sedikit perempuan? Kebijakan apa yang ia perjuangkan untuk membuka jalan bagi yang lain?
Terakhir, newsroom perlu mengadopsi Pedoman Peliputan Sensitif Gender dan pelatihan berkelanjutan untuk menghindari unconscious bias dalam pemilihan angle, ilustrasi foto, dan diksi. Kata "politisi" atau "Ketua Komisi X" sudah cukup tanpa perlu embel-embel "perempuan".
Pada akhirnya, pemberitaan yang adil gender bukan sekadar tentang keadilan bagi tokoh seperti Hetifah Sjaifudian, melainkan tentang kualitas demokrasi dan daya kritis publik. Ketika media aktif memilih untuk menjadi fasilitator wacana publik yang kritis, dengan mengedepankan substansi, menerapkan framing yang memberdayakan, dan mengaitkan narasi individu dengan perubahan struktural. Media tersebut sedang mendidik publik untuk menilai para pemimpinnya berdasarkan kontribusi nyata, terlepas dari gender. Perubahan ini akan menciptakan ekosistem media yang tidak hanya lebih setara, tetapi juga lebih bermakna dalam mengawal pembangunan bangsa.
*Penulis adalah Mahasiswi Magister Ilmu Komunikasi, UPN Veteran Jakarta