Media Konvensional Kini Wajib Bergerak ke Arah Multiplatform

Media Konvensional Kini Wajib Bergerak ke Arah Multiplatform

Ilustrasi media konvensional-Pixabay-

"Publikasi ini membantu para praktisi komunikasi, terutama public relations memahami siapa, di mana dan apa yang dikonsumsi audiens utama mereka," ujarnya.

Ia juga menyoroti urgensi literasi berita di tengah lanskap informasi yang makin kompleks. Menurutnya, hanya sepertiga masyarakat Indonesia yang pernah mendapat pendidikan literasi media, baik formal maupun informal.

"Mereka ini cenderung lebih kritis, bahkan bersedia membayar untuk konten berkualitas serta aktif memverifikasi informasi," kata Irsyad.

Ia juga mengutip temuan Digital News Report 2025 (Reuters Institute) yang menunjukkan turunnya animo masyarakat Indonesia terhadap media konvensional. Lebih dari 60 persen responden bersikap netral terhadap berita yang mereka baca atau tonton.

"Temuan ini tidak jauh berbeda dengan data Serikat Perusahaan Pers (SPS) yang menunjukkan penurunan hingga 60 persen jumlah media cetak aktif, dari sekitar 567 pada 2018 menjadi kurang dari 200 pada akhir 2024," katanya.

Tren lain yang muncul adalah meningkatnya peran kecerdasan buatan (AI) dalam produksi dan konsumsi berita. Beberapa media bahkan mulai memanfaatkan AI untuk liputan olahraga dan pemeriksaan fakta (fact-checking).

Menurut Jojo S. Nugroho dari Makaravox UI, kekuatan media saat ini tidak hanya terletak pada platform, tetapi pada kemampuan membangun jejaring konten yang terintegrasi.

"Era media satu arah sudah selesai. Hari ini kita bicara soal ekosistem. Satu informasi di media digital, baik media online ataupun media sosial, bisa memicu diskusi di radio lalu menjadi topik media konvensional. Semua saling terhubung," kata Jojo.