Ada Neo Nazi, Pelaku Pengeboman SMAN 72 Tiru Aksi 6 Tokoh Kekerasan
Ilustrasi bom meledak di sekolah-Gambar dibuat dengan Leonardo Ai-
JAKARTA Weradio. id - Pelaku pengeboman di SMAN 72 ternyata menitu aksi idolanya yang beraliran Neo Nazi. Ada enam tokoh kekerasan yang jadi inspirasi si anak bermasalah.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menyebutkan terduga pelaku peledakan di SMAN 72 Jakarta atau anak berkonflik dengan hukum (ABH), terinspirasi sedikitnya kepada enam tokoh "kekerasan" sehingga melakukan aksinya pada Jumat (7/11) di lingkungan masjid sekolah itu.
"Ada beberapa yang menjadi inspirasi terkait figur. Kita sebutkan ada kurang lebih enam tokoh yang tercatat," kata Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana seperti dikutip Weradio dari antara.
Eka menyebutkan enam tokoh atau aksi tersebut yaitu Eric Harris & Dylan Klebold sebagai pelaku penembakan di Columbine High School, Colorado, Amerika Serikat pada 1999. Keduanya beraliran "Neo-Nazi".
BACA JUGA:Ada 7 Bom yang Coba Diledakkan Siswa Bermasalah di SMAN 72
Neo-Nazi adalah gerakan ekstrem kanan yang menghidupkan kembali ideologi Nazi Jerman, menekankan supremasi ras Arya dan kebencian terhadap kelompok minoritas.
Kemudian Dylan Ruff Charleston yang melakukan penembakan di Gereja Charleston di South Carolina terjadi pada 2015. Tokoh ini beraliran "White Supremacy".
White supremacy meyakini bahwa ras kulit putih lebih unggul dari ras lain.
Tokoh Radikal Lainnya
Selanjutnya ada Alexandre Bissonete yang melakukan serangan di Gereja Quebec di Kanada pada 2017 dan juga beraliran White Supremacy.
BACA JUGA:Polisi Jelaskan Kronologi 2 Bocah Tersesat di Jalan Tol Wiyoto Wiyono
"Selanjutnya ada Vladislav Roslyakov yang melakukan serangan di Politeknik Kerch di Crime, Rusia pada 2018 beraliran Neo-Nazi, kemudian Brenton Tarrant yang melakukan penembakan di Mesjid Christchurch, Selandia Baru pada 2019 dan beraliran Fasis, Rasis, Ethno Nasionalis," ucap Eka.
Ethno-nasionalis adalah gerakan yang menekankan identitas dan loyalitas terhadap satu etnis tertentu sebagai dasar pembentukan negara atau kekuasaan politik. Penganutnya sering menuntut kemerdekaan, otonomi, atau dominasi etnisnya atas kelompok lain.
Sedangkan Fasis adalah ideologi politik yang menekankan nasionalisme ekstrem, ketaatan mutlak pada pemimpin, serta penggunaan kekerasan untuk mempertahankan kekuasaan. Paham ini menolak demokrasi dan kebebasan individu dan mengutamakan negara atau ras tertentu di atas segalanya.