Bangga! Gegara Dimuat Majalah Möbelmarkt, Kayu Jati Indonesia Paling Dicari di Jerman, Kok Bisa ya?
Label “Indonesian Legal Wood” akan diberikan untuk produk kayu yang telah lolos uji SVLK.
Indonesia juga adalah negara pertama yang diberi wewenang untuk menerbitkan izin FLEGT (Forest Law Enforcement, Governance and Trade) untuk kayu yang dijual di pasar Uni Eropa.
Dengan bergabungnya Indonesia di dalam sistem kontrol FLEGT, konsumen kayu tropis Uni Eropa bakal yakin bahwa kayu Indonesia yang dibelinya diproduksi secara legal dan ramah lingkungan.
Perusahaan importir di Eropa pun diuntungkan karena kayu-kayu berizin FLEGT dapat dengan mudah didistribusikan di seluruh wilayah Uni Eropa tanpa membutuhkan perizinan tambahan.
"Dengan bergabungnya Indonesia di sistem kontrol FLEGT, kita dapat membuktikan bahwa kayu jati Indonesia tidak berasal dari pembalakan liar, dan bahwa jumlah pohon yang ditebang akan sama dengan jumlah bibit pohon yang ditanam kembali” jelas Dubes Oegroseno.
BACA JUGA:Sudah Daftar CPNS 2021? Yuk Cek Daftar 10 Instansi Sepi Peminat Hingga yang Paling Banyak
“Sistem sertifikasi FLEGT yang akan diperkenalkan secara global ini bahkan jauh lebih baik dibanding FSC.
FLEGT menekankan pada legalitas kayu, tanggung jawab sosial, dan keberlanjutan. Sistem ini memperhatikan sungguh-sungguh aspek sustainability yang ditargetkan oleh Uni Eropa,” jelasnya.
Pohon jati di perkebunan umumnya baru layak tebang setelah berumur 15-25 tahun. Namun pohon jati hutan memerlukan waktu setidaknya dua kali lebih lama untuk mencapai ukuran dan kualitas yang ukuran yang setara.
"Tapi kualitas kayu tidak hanya bergantung pada umur pohon, namun juga terkait teknologi pengolahan selanjutnya” ujar Nurlisa Arfani, Atase Perdagangan KBRI Berlin.
BACA JUGA:Masih Suka Tidur Bareng Kucing? Awas, 6 Bahaya ini Mengintai Anda Brosis, Nomor 4 Paling Ngeri Nih!
Teknologi pengolahan kayu jati Indonesia sekarang ini semakin baik sehingga konsumen bisa mendapatkan kayu yang lebih berkualitas dan tahan lama serta tahan cuaca apapun.
Di 2020, produk kayu Indonesia sudah terjual di Eropa dengan nilai 660 juta Euro, umumnya sudah dalam bentuk furnitur. Perputaran uang global dari jual beli kayu adalah senilai 2,4 milyar Euro.
Jadi sektor kehutanan memegang peran penting dalam menghidupkan perekonomian di daerah terpencil, mengingat pelaku usaha kayu adalah kalangan UKM.