Jadwal Puasa Tasu’a dan Asyura 2025, Lengkap dengan Keutamaan dan Niatnya

ilustrasi berpuasa Tasu'a dan asyura di bulan Muharram-Gambar dibuat lewat chatgpt.com-
JAKARTA,Weradio.co.id - 1 Muharram 1447 Hijriah sudah dirayakan pada Jumat, 27 Juni 2025 lalu. Kini umat islam bakal segera menyongsong dua hari yang sangat dianjurkan untuk berpuasa, yaitu Tasu’a dan Asyura. Tahun 2025, kapan tepatnya jatuhnya puasa Tasu’a dan Asyura? Apa saja keutamaan dan sejarah di baliknya?
Kedua hari ini memiliki tempat istimewa dalam tradisi keislaman, tidak hanya karena sejarahnya yang penuh makna, tetapi juga karena keutamaannya yang luar biasa. Tahun 2025, puasa Tasu’a jatuh pada Jumat, 4 Juli 2025 dan puasa Asyura pada Sabtu, 5 Juli 2025, menyesuaikan dengan perhitungan kalender Hijriah dan Masehi.
Tasu’a adalah hari kesembilan di bulan Muharram, sementara Asyura adalah hari kesepuluh. Kedua istilah ini berasal dari kata dalam bahasa Arab—Tasu’a dari “tis’ah” (sembilan), dan Asyura dari “‘asyarah” (sepuluh).
Dalam sejarah Islam, puasa Asyura telah ada bahkan sebelum puasa Ramadan diwajibkan. Rasulullah SAW sendiri melaksanakan dan menganjurkan puasa di hari Asyura, lalu kemudian menambahkan hari sebelumnya, yakni Tasu’a, agar umat Islam berbeda dari tradisi Yahudi yang hanya berpuasa pada tanggal 10 saja.
Dalam sebuah hadis riwayat Muslim, Rasulullah SAW bersabda bahwa puasa Asyura bisa menghapus dosa-dosa kecil selama satu tahun sebelumnya. Ini menjadi motivasi kuat bagi banyak Muslim untuk melaksanakan puasa sunnah ini. Tidak heran jika setiap tahun, masjid-masjid dan media sosial kembali ramai mengingatkan tentang pentingnya dua hari ini. Selain keutamaannya, puasa ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap peristiwa besar yang terjadi dalam sejarah umat terdahulu.
BACA JUGA:Liverpool akan Nyanyikan Lagu untuk Diogo Jota, Juergen Klopp Patah Hati
BACA JUGA:Film Horor di Mata Mahasiswa, Catatan Ringan Nobar Jalan Pulang
Sejarah di Balik Puasa Tasu'a dan Asyura
Diriwayatkan bahwa pada hari Asyura, Nabi Musa AS dan kaumnya diselamatkan dari kejaran Firaun. Ketika Nabi Muhammad SAW mengetahui bahwa orang-orang Yahudi di Madinah berpuasa untuk memperingatinya, beliau menyatakan bahwa umat Islam lebih berhak memuliakan hari itu, dan kemudian menganjurkan untuk berpuasa sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT. Sejak saat itulah puasa Asyura mendapat tempat istimewa dalam ajaran Islam.
Namun Rasulullah tidak ingin ibadah umat Islam menyerupai umat lain. Oleh karena itu, beliau berniat jika hidup sampai tahun berikutnya, akan berpuasa juga di hari sebelumnya, yaitu tanggal 9 Muharram. Inilah yang kemudian menjadi dasar disyariatkannya puasa Tasu’a.
Banyak ulama juga menganjurkan untuk menambahkan satu hari lagi setelah Asyura, yaitu 11 Muharram, agar umat Islam bisa berpuasa tiga hari berturut-turut, sebagai bentuk kehati-hatian dan penyempurnaan ibadah.
Niat puasa Tasu’a dan Asyura sangat sederhana dan bisa diucapkan dalam hati. Untuk puasa Tasu’a, niatnya berbunyi: “Nawaitu shauma ghadin ‘an Tasu’a lillahi ta’ala.” Sedangkan untuk Asyura: “Nawaitu shauma ghadin ‘an ‘Asyura lillahi ta’ala.” Meski sederhana, niat ini adalah kunci awal untuk menunaikan ibadah yang penuh berkah ini dengan kesungguhan hati.
Selain berpuasa, hari Asyura juga menjadi momen penting untuk memperbanyak amalan lain seperti sedekah, menyantuni anak yatim, mempererat silaturahmi, dan membaca Al-Qur’an. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa memperluas nafkah kepada keluarga di hari Asyura akan mendatangkan keberkahan dalam rezeki sepanjang tahun. Meski tidak wajib, anjuran ini banyak dipraktikkan sebagai bagian dari semangat berbagi.