Para Dosen Undira Gelar Pelatihan Branding dan Kewirausahaan di Desa Taman Rahayu

Kegiatan pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pelaku usaha dalam membangun merek dan mengembangkan jiwa kewirausahaan berbasis potensi lokal.-weradio.co.id-Undira
BEKASI, Makansedap.id – Sebanyak 30 pelaku UMKM pemula di bidang makanan kemasan di Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, mengikuti pelatihan intensif bertema Strategi Branding dan Kewirausahaan untuk Usaha Pemula Makanan Kemasan.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang diselenggarakan oleh tim dosen dari Universitas Dian Nusantara (Undira) pada sejak penghujung Mei lalu.
Kegiatan pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pelaku usaha dalam membangun merek dan mengembangkan jiwa kewirausahaan berbasis potensi lokal.
Materi pelatihan mencakup pembuatan nama merek, desain logo dan kemasan, story telling produk, hingga strategi pemasaran yang relevan untuk pasar lokal. Menurut ketua pelaksana, Eriklex Donald, UMKM makanan kemasan di wilayah perdesaan perlu mendapat perhatian khusus agar mampu bersaing dan bertahan secara berkelanjutan.
BACA JUGA:Pemprov DKI Bakal Uji Coba Sekolah Gratis di 40 Sekolah Swasta Jakarta
“Banyak pelaku usaha di desa yang memiliki produk berkualitas, tetapi belum memahami pentingnya membangun identitas merek yang kuat. Lewat pelatihan ini, kami ingin membuka wawasan mereka bahwa branding bukanhanya soal logo, tapi soal membangun kepercayaan dan cerita di balik produk,” jelas Eriklex dalam keterangan resmi yang diterima Weradio.co,id, Jumat, 11 Juli 2025.
Tim pelaksana terdiri atas para dosen dan mahasiswa Fakultas Bisnis dan Ilmu Sosial Undira, bekerja sama dengan perangkat desa dan tokoh masyarakat setempat. Pelatihan disampaikan dengan metode partisipatif dan praktik langsung, seperti studi kasus, diskusi kelompok, hingga simulasi pembuatan kemasan produk.
Muhamad Al Faruq Abdullah, salah satu pemateri dalam kegiatan ini, menekankan pentingnya mindset wirausaha. “Kami ingin peserta tidak hanya tahu cara menjual produk, tapi juga mampu berpikir strategis—bagaimana mengemas produk secara profesional, mengenali pasar, dan memanfaatkan peluang yang ada, meskipun dengan modal terbatas,” tuturnya.
Hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman peserta. Rata-rata skor pre test sebesar 59,8 melonjak menjadi 83,8 pada post test. Sebanyak 90% peserta berhasil menyusun identitas merek produk mereka sendiri, dan 75% mampu menyusun rencana usaha sederhana.
BACA JUGA:Meski Permainan Belum Maksimal, Timnas Voli Putra Indonesia Cukur Kamboja
Pelatihan ini juga berhasil membangkitkan antusiasme peserta. Salah satu peserta, ibu rumah tangga yang memproduksi keripik pisang, mengaku baru pertama kali membuat logo dan kemasan sendiri. “Saya jadi semangat jualan karena sekarang produk saya punya nama dan tampilan yang menarik. Bahkan sudah saya foto dan kirim ke grup WhatsApp pelanggan,” ujar dia.
Dengan respon yang sangat positif, kegiatan ini diharapkan dapat direplikasi di wilayah lain. Eriklex Donald menyatakan bahwa kegiatan serupa akan lebih optimal jika dilakukan secara berkelanjutan. “Kami mendorong kolaborasi lebih luas dengan pemerintah desa, dinas UMKM, dan sektor swasta agar pelatihan-pelatihan seperti ini bisa menjadi program inkubasi UMKM yang berkelanjutan,” pungkas dia.