Peringatan Hari Pustakawan: Profesi Pustakawan Kerap Alami Marginalisasi

Peringatan Hari Pustakawan: Profesi Pustakawan Kerap Alami Marginalisasi

Setiap tanggal 7 Juli, Hari Pustakawan diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi para pustakawan dalam membangun peradaban melalui literasi dan pengelolaan informasi.-Weradio.co.id-Times 10 Publications

Tak dapat disangkal, pustakawan, kata Mohamad Pandu Ristiyono, adalah garda depan pengelolaan pengetahuan dan informasi. Namun, ironisnya, banyak institusi justru menganggap peran pustakawan bisa digantikan dengan mudah.

Di sejumlah kementerian dan lembaga, pustakawan dialihkan ke jabatan fungsional lain, seolah-olah keahlian mereka tidak lagi relevan di era digital. Padahal, transformasi digital seharusnya menjadi momentum bagi pustakawan untuk unjuk gigi sebagai pengelola data, kurator informasi, hingga pendukung literasi digital.

BACA JUGA:Banjir di Kabupaten Bogor Sudah Berdampak ke 33 Desa, Salah Satunya Area Puncak

Salah Siapa? 

Pertanyaan salah siapa? tentu tidak sederhana. "Ada beberapa pihak yang patut bercermin. Pertama, Pemerintah dan Pengambil Kebijakan. Regulasi tentang jabatan fungsional pustakawan memangada, namun implementasinya kerap setengah hati. Banyak lembaga lebih memilih menambah jabatan fungsional lain yang dianggap lebih “strategis” tanpa memahami peran pustakawan dalam mendukung visi organisasi," jelas Mohamad Pandu Ristiyono.

Kedua, Pimpinan Lembaga. Kurangnya apresiasi dan pemahaman terhadap tugas pustakawan membuat mereka kerap dianggap sebagai pelengkap, bukan kebutuhan utama. Akibatnya, pustakawan tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan strategis, apalagi dalam proses digitalisasi.

Ketiga, Pustakawan Sendiri. Tak dapat dimungkiri, sebagian pustakawan masih terjebak dalam zona nyaman, enggan berinovasi, dan kurang membangun jejaring profesional. Padahal, tantangan zaman menuntut pustakawan untuk terus belajar, beradaptasi, dan membuktikan bahwa profesi ini relevan dan vital.

Pustakawan juga perlu berperan aktif dalam mempromosikan pentingnya posisi mereka di dalaminstitusi. Ini termasuk menunjukkan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada tujuan strategis organisasi.

BACA JUGA:Solusi Awal Gubernur Pramono Anung Atasi Banjir Jakarta

Marginalisasi pustakawan berdampak sistemik pada pengembangan perpustakaan nasional, menurunkan kualitas layanan, menghambat inovasi, memperlambat transformasidigital, serta mengurangi kepercayaan dan partisipasimasyarakat. Untuk itu, penguatan peran pustakawan profesional menjadi kunci utama kemajuan perpustakaan nasional di era informasi dan digitalisasi. 

Penurunan Kualitas Layanan dan Inovasi 

Marginalisasi pustakawan, seperti alih fungsi ke jabatan lain atau pengurangan peran profesional mereka, berdampak langsung pada kualitas layanan perpustakaan nasional. Pustakawan adalah aktor utama dalam pengelolaan, inovasi, dan pengembangan layanan perpustakaan.

Ketika peran mereka dipinggirkan, perpustakaan kehilangan sumber dayamanusia yang kompeten dan profesional, sehingga inovasi layanan, adaptasi teknologi, dan pengembangan koleksi menjadi terhambat. 

Menurunnya Kepercayaan dan Akreditasi

Keberadaan pustakawan tersertifikasi sangat berpengaruh terhadap akreditasi perpustakaan dan kepercayaan masyarakat.