Peringatan Hari Pustakawan: Profesi Pustakawan Kerap Alami Marginalisasi

Peringatan Hari Pustakawan: Profesi Pustakawan Kerap Alami Marginalisasi

Setiap tanggal 7 Juli, Hari Pustakawan diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi para pustakawan dalam membangun peradaban melalui literasi dan pengelolaan informasi.-Weradio.co.id-Times 10 Publications

BACA JUGA: Prakiraan Cuaca Wilayah Jakarta dan Sekitarnya pada Senin Pagi dan Malam Hari

Jika perpustakaan tidak dikelola oleh pustakawan profesional, standar layanan sulit dicapai, yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan publik terhadap perpustakaan nasional.

Hal ini juga berdampak pada rendahnya minat kunjungan dan pemanfaatan perpustakaan oleh masyarakat. 

Stagnasi Transformasi Digital

Perpustakaan nasional dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi. Marginalisasi pustakawan, terutama yang tidak diberi ruang untuk meningkatkan kompetensi digital, membuat perpustakaan tertinggal dalam transformasi digital.

Akibatnya, layanan berbasis teknologi informasi tidak berjalan optimal, dan perpustakaan gagal menjangkau generasi digital native.

BACA JUGA:Raih Runner Up, Anjali Kirana Junarto Ingin Ketemu Sekali Lagi

Keterbatasan Edukasi dan Literasi Masyarakat 

Pustakawan memiliki peran strategis dalam edukasi dan peningkatan literasi masyarakat, termasuk kelompok marjinal.

"Jika pustakawan tidak diberdayakan, upaya transformasi layanan perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi tidak efektif. Masyarakat yang membutuhkan edukasi dan akses pengetahuan pun menjadi kurang terlayani," kata Mohamad Pandu Ristiyono. 

Saatnya Berbenah 

Marginalisasi pustakawan bukanlah takdir. Momentum Hari Pustakawan harus menjadi titik balik untuk merevitalisasi peran pustakawan di era digital. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan memastikan implementasi yang adil.

Pimpinan lembaga harus membuka ruang partisipasi pustakawan dalam pengambilan keputusan. Dan, yang terpenting, pustakawan sendiri harus berani bertransformasi menjadi agen perubahan, inovator literasi, dan pengelola pengetahuan yang profesional.

BACA JUGA:Koperasi Kana Gelar Pelatihan Kepemimpinan di MarkPlus Jakarta

"Mari kita akhiri stigma 'tukang dorong mobil mogok'. Pustakawan adalah penggerak utama literasi dan pengetahuan bangsa. Jika kita terus membiarkan mereka terpinggirkan, maka yang rugi bukan hanya profesi pustakawan, melainkan masa depan literasi Indonesia," jelas Mohamad Pandu Ristiyono.