Alarm bagi Dunia, Banyak Negara yang Kini Ingin Punya Senjata Nuklir!
Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi-dok: vatican news-
ISTANBUL,Weradio.co.id - Alarm bahaya diungkapkan Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Mariano Grossi kepada dunia. Dia saat bertemu dengan Paus Leo XIV pada Jumat 5 September 2025, memperingatkan adanya kecenderungan pertimbangan untuk meningkatkan persenjataan nuklir dibandingkan upaya perlucutannya.
'Saya pikir apa yang kita lihat secara umum adalah peningkatan persenjataan nuklir, alih-alih perlucutan senjata. Jadi, banyak negara sedang memperbaiki dan meningkatkan persenjataan nuklir mereka," ujar Grossi kepada Vatican News seperti dibaca Weradio.co.id.
Dia mengatakan bahwa negara-negara yang tidak memiliki persenjataan nuklir mulai berbicara lebih terbuka mengenai kemungkinan perlunya memiliki jenis persenjataan seperti itu.
"Yang kami lihat adalah bahwa banyak negara, termasuk negara-negara penting di Barat atau bagian dari Barat yang lebih luas, juga di Asia, mulai berpikir bahwa melihat situasi sekarang, mungkin pada akhirnya memiliki senjata nuklir adalah sesuatu yang perlu. Dan inilah yang harus kita cegah," tegas Grossi.
BACA JUGA:Dukcapil Jakarta Selatan Bidik Target Ini untuk Perekaman e-KTP di 2025
Ia menegaskan kembali perlunya menghentikan tren peningkatan senjata nuklir ini, dan menganggap "hal itu sangat penting."
Grossi juga memperingatkan bahwa Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Zaporizhzhia di Ukraina masih beresiko terkena serangan di tengah konflik yang sedang berlangsung.
"Kalau kita lihat peta, kita bisa melihat bahwa PLTN ini berada tepat di garis depan. Jadi, kemungkinan terjadinya sesuatu sangat tinggi," ujar kepala IAEA itu.
Grossi membenarkan Paus Leo XIV juga mengungkapkan kekhawatirannya soal ini. Bahkan, itu menjadi kalimat pertama yang diungkapkannya saat bersua Grossi.
BACA JUGA:Mantan Stafsus Presiden Arif Budimanta Meninggal Dunia
"Dari kata-kata luhur itu, sebagaimana layaknya seorang pemimpin seperti Paus, tugas sederhana kita adalah mewujudkannya menjadi tindakan nyata untuk mencegahnya," ujarnya.
"Kita sedang mencoba melakukan ini di Timur Tengah, di Iran. Kita sedang mencoba melakukan ini di Ukraina, Rusia, di Zaporizhzhia. Kita sedang mencoba melakukan ini di Tiongkok dan Jepang, di mana pun aktivitas nuklir telah mengarah—dan saya menyebutkan di sini isu-isu yang memiliki konfigurasi yang sangat berbeda—tetapi kita perlu berada di sana untuk memastikan non-proliferasi atau penggunaan teknologi nuklir yang aman."