BGN Rampung Evaluasi 12 SPPG Bermasalah, Kini Siap Beroperasi Lagi

BGN Rampung Evaluasi 12 SPPG Bermasalah, Kini Siap Beroperasi Lagi

Begini menu yang diberikan ke seluruh sekolah penerima MBG pada Jumat 17 Oktober 2025-X-

JAKARTA,Weradio.co.id - Badan Gizi Nasional atau BGN sudah evaluasi SPPG yang bermasalah. Ada 12 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang sebelumnya ditutup karena melanggar Standar Operasional Prosedur (SOP) sudah siap beroperasi kembali.

“Ada 12 SPPG sekarang yang sudah rilis mau operasi kembali setelah selesai melakukan evaluasi,” kata Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana seperti dikutip Weradio dari antara. 

Ia menegaskan 12 unit SPPG yang sebelumnya melanggar tersebut bisa kembali beroperasi setelah dilakukan perbaikan-perbaikan yang menyeluruh. "Untuk lokasinya menyebar, ada di berbagai daerah,” kata dia.

Ia menjelaskan, perbaikan dan evaluasi yang dilakukan terhadap SPPG ini sudah selesai dan sekarang siap memberikan manfaat kembali kepada penerima Program Makan Bergizi Gratis (MBG) ini.

BACA JUGA:Serem, KPK Sudah Bawa Dugaan Korupsi Kereta Cepat ke Tahap Penyelidikan

Pihaknya juga memberikan sosialisasi untuk standar operasional terbaru yang segera diterapkan terkait pelaksanaan Program MBG ini.

Termasuk soal regulasi sanksi bagi mitra yang mengalami kejadian akan langsung dievaluasi. Pihaknya akan melakukan investigasi lalu dihentikan operasionalnya sampai keluar hasil investigasi.

"Ini biasanya tergantung dari beratnya kasus, antara dua minggu biasanya sampai dua bulan. Dan itu sangat tergantung dari hasil evaluasi," kata dia.

Target Nol Pelanggan

BGN menargetkan nol (zero) kasus dalam pelaksanaan Program MBG dengan sejumlah inovasi hasil dari evaluasi dan temuan di lapangan.

BACA JUGA:Wajah Baru M Bloc Diharapkan Jadi Jantung Kreativitas Kawula Muda di Jakarta

Langkah pertama yang dilakukan adalah menurunkan jumlah penerima manfaat per SPPG sehingga jumlah penerima dapat berkurang dan membuat kualitas makanan lebih baik.

Kedua, setiap SPPG ada juru masak yang bersertifikat karena dari pengalaman cara kerja yang dimiliki juru masak bersertifikat lebih efisien dan lebih cepat. 

Ketiga, seluruh SPPG nanti memiliki alat tes cepat (rapid test) terkait dengan uji untuk bahan baku. Menurut dia, karena pengalaman Jepang yang sudah 100 tahun, sebesar 90 persen kejadian keracunan makanan itu berasal dari bahan baku.