Ini Alasan Umat Katolik Diajak Terlibat Aktif dalam Politik dan Kebangsaan

Ini Alasan Umat Katolik Diajak Terlibat Aktif dalam Politik dan Kebangsaan

KWI melalui Komisi Kerawam bersama FMKI mendorong umat Katolik awam untuk terlibat aktif dalam isu-isu kebangsaan, terutama di bidang sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan hidup.-Weradio.co.id-FMKI

JAKARTA, Weradio.co.id - Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) melalui Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) bersama Forum Masyarakat Katolik Indonesia (FMKI) mendorong umat Katolik awam untuk terlibat aktif dalam isu-isu kebangsaan, terutama di bidang sosial, politik, ekonomi, dan lingkungan hidup. 

Dorongan ini disampaikan dalam seminar nasional yang merefleksikan 60 tahun Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, Apostolicam Actuositatem (AA), di Gedung KWI, Jakarta, Kamis, 4 Desember 2025 malam.

Ketua Komisi Kerawam KWI, Mgr Yohanes Harun Yuwono, menekankan, Dekrit AA, yang mengatur peran umat awam dalam Gereja dan masyarakat, masih sangat relevan dan mendesak untuk diimplementasikan. 

Menurut Mgr Harun, semangat dari dekrit tersebut mencakup empat poin utama yang berorientasi pada pembaharuan dan keterlibatan publik.

BACA JUGA:Menjaga Cahaya Budaya di Gunung Padang, Peneliti Apresiasi PWI Jaya

"Semangat Dekrit AA mendorong pembaruan diri Gereja (aggiornamento) dengan meningkatkan peran umat awam di segala bidang pelayanan sekular agar Gereja lebih relevan di dunia modern," ujar Mgr Harun dalam keterangan resmi yang dibaca Weradio.co.id, Sabtu, 6 Desember 2025.

Selain itu, dekrit ini juga bertujuan menyadarkan umat awam akan martabat mereka sebagai orang yang dibaptis. Hal ini memungkinkan mereka berpartisipasi penuh dalam misi Gereja, bukan hanya tugas klerus (rohaniwan). 

Poin krusial lainnya adalah dorongan bagi umat awam untuk terlibat aktif dalam pembangunan tata dunia baru, dengan semangat pelayanan dan kasih, khususnya di ranah politik, sosial, dan ekonomi.

Tantangan Politik dan Kaderisasi

Isu keterlibatan dalam politik menjadi sorotan utama dalam seminar ini. Peneliti Senior CSIS sekaligus Anggota DKPP RI, Dr J Kristiadi, menegaskan, tugas umat awam adalah menjadi ‘garam dan terang dunia’ dengan membawa nilai-nilai Kristiani yang universal ke medan perjuangan politik.

Kristiadi mengakui, medan politik adalah ‘medan siasat’ yang penuh godaan, seperti politik uang. Oleh karena itu, dia menekankan kaderisasi (pembentukan kader) adalah hal yang sangat vital. Kaderisasi bertujuan menghasilkan generasi muda berkarakter yang memegang teguh nilai-nilai Kristiani agar tidak mudah tergoda untuk ‘aji mumpung’ dalam kekuasaan.

Senada dengan itu, aktivis dan Direktur Eksekutif ELSAM, Desiana Samosir, membagikan pengalamannya sebagai aktivis muda Katolik perempuan. 

Dia menegaskan, keterlibatan dalam masyarakat adalah panggilan Kristiani yang harus dimaknai sebagai panggilan merasul dan amal kasih.

Desiana menyoroti peran penting kaum muda usia 13-35 tahun atau belum menikah sebagai kekuatan perubahan. Dia mendorong bagaimana keberhasilan kerja dan kontribusi umat awam dalam ranah ruang publik mesti didasari oleh semangat iman katolik dan Ajaran Sosial Gereja (ASG) seperti Gaudium et Spes dan Rerum Novarum.