Peringatan Hari Pustakawan: Profesi Pustakawan Kerap Alami Marginalisasi

Setiap tanggal 7 Juli, Hari Pustakawan diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi para pustakawan dalam membangun peradaban melalui literasi dan pengelolaan informasi.-Weradio.co.id-Times 10 Publications
TANGERANG SELATAN, Weradio.co.id - Setiap tanggal 7 Juli, Hari Pustakawan diperingati sebagai bentuk apresiasi terhadap dedikasi para pustakawan dalam membangun peradaban melalui literasi dan pengelolaan informasi.
Namun, di tengah euforia perayaan tersebut, terdapat ironi yang masih terasa hingga kini: profesi pustakawan kerap mengalami marginalisasi. Menurut pustakawan, Mohamad Pandu Ristiyono, pustakawan sering kali dipandang sebelah mata, hanya dianggap sebagai penjaga buku, bukan sebagai agen perubahan di era informasi yang serba cepat.
Fenomena ini menimbulkan pertanyaan reflektif, marginalisasi pustakawan, salah siapa? Apakah sistem pendidikan, kebijakan institusi, masyarakat, atau justru pustakawan sendiri yang turut andil dalam melanggengkan kondisi ini
"Melalui tulisan refleksi ini, kita akan menelusuri akar persoalan marginalisasi pustakawan dan mengajak semua pihak untuk merenungkan peran strategis pustakawan dalam membangun masyarakat literat dan berpengetahuan," kata Mohamad Pandu Ristiyono kepada Weradio.co.id, Senin, 7 Juli 2025.
BACA JUGA:Kolaborasi Sejumlah Organisasi Hadirkan Orphan Outing Class
Menurut Mohamad Pandu Ristiyono, banyak pustakawan di lembaga atau kementerian yang dialihfungsikan ke posisi fungsional lain, seolah-olah peran mereka tidak lagi relevan.
"Begitu juga di Perguruan tinggi, karier pustakawan dibelenggu oleh yang namanya 'Peta Jabatan' sehingga karier pustakawan mentok, padahal usia pensiun masih jauh. Apakah ini kesalahan pustakawan itu sendiri, atau ada faktor lain yang berkontribusi?," ujar Mohamad Pandu Ristiyono.
Isu marginalisasi pustakawan, kata Mohamad Pandu Ristiyono, masih menjadi perdebatan karena menyangkut perubahan paradigma, tantangan struktural, dan tuntutan adaptasi di era digital. Selama stereotip, keterbatasan dukungan, dan tantangan internal belum teratasi, diskursus ini akan tetap hidup dan relevan dalam dunia perpustakaan.
Pustakawan: Lebih dari Sekadar Tukang Dorong?
"Dalam banyak kasus, pustakawan sering dipandang sebagai 'tukang dorong mobil mogok', hanya ada saat dibutuhkan, tapi tidak dianggap penting dalam perencanaan strategis," tutur Mohamad Pandu Ristiyono.
BACA JUGA:Kolaborasi FKM UI dan ITKJ, Latih Kader Periksa Gula Darah
Mohamad Pandu Ristiyono mencontohkan, untuk perpustakaan Universitas, saat ada assesor Borang Akreditasi Perpustakaan, pustakawan sangat diperhatikan karena merupakan instrument dari akreditasi, setelah itu pustakawan terpinggirkan, Ini adalah gambaran yang menyedihkan dari potensi yang sebenarnya dimiliki oleh pustakawan.
"Mereka adalah penjaga pengetahuan, penghubung informasi, dan pendidik masyarakat. Namun, ketika peran mereka dikurangi menjadi sekadar tugas administratif atau teknis, kita kehilangan kesempatan untuk memanfaatkan keahlian mereka," ujar Mohamad Pandu Ristiyono.
Pustakawan: Profesi yang Terpinggirkan?